Tuesday, October 7, 2014

Cerpen Fifin



Natural Memang Lebih Indah

Angin berhembus panas menyibak bulu kucing anggora yang lebat dan terlihat sangat halus dihalaman belakang sebuah rumah mewah. Ternyata angina itu berasal dari pengering rambut yang digunakan seorang remaja untuk mengeringkan bulu kucing yang baru saja ia keramasi.
Sambil membelai lembut bulu kucingnya, Lana terlihat gusar memikirkan pamplet lomba fotografi yang  dibacanya dimading sekolah beberapa hari lalu. Ia ingin sekali mengikuti lomba itu, namun ia bingung dengan tema foto tentang keindahan alam yang jarang diperhatikan, Lana belum menemukan foto apa yang nantinya akan ia lombakan, dan waktu perlombaannya tinggal seminggu lagi.
“Lana, lihat deh! Kakak baru saja hunting foto di lapangan bola belakang rumahnya Anin. Tau enggak, ini bakal kakak lombakan di lomba fotografi seminggu lagi.” Tiba-tiba Kakak Lana datang hanya untuk memamerkan hasil jepretannya yang baru saja ia ambil.
“Hah?”, Lana terlihat kaget mendengar pernyataan Kakaknya.
“Kenapa, kok kaget begitu? Dasar aneh…” Lani keheranan dan langsung meninggalkan Lana dengan kucingnya tadi.
……………
Lana semakin gusar memikirkan Kakaknya yang ternyata akan ikut lomba fotografi juga. Dan yang lebih membuat Lana gelisah…Lani memang jago sekali dalam hal fotografi, mereka memang sering hunting foto bersama, tapi tak bisa ia pungkiri, banyak orang menganggap Lani lebih jago daripada Lana,  tapi ia ingin sekali membuktikan kalau dia juga bisa lebih unggul daripada Lani, saudara kembarnya yang selalu jadi kebanggaan dalam hal apapun. Hanya dalam hal merawat kucingnya Lana jago, padahal ia laki-laki, tapi ia memang lebih apik daripada Lani.
Lana sedang melihat foto-foto hasil jepretannya yang kebanyakan hanya foto kucingnya, meskipun ia hobi fotografi, tapi ia hanya suka memotret kucingnya, jarang-jarang ia memotret alam disekitarnya karena memang ia tak terlalu tanggap. Tiba-tiba lani mengagetkannya dengan bernyanyi ala rocker tepat dekat telinga Lana, suara cempreng yang tak disadarinya itu malah mengagetkan kucing Lana yang sedang tidur dikasur mungil yang sengaja disediakan Lana untuk kucing kesayangannya itu. Kucing itu meloncat ke tembok dan merobek lukisan yang terpajang ditembok hingga jatuh. Lukisan pertama Lana yang dibuatnya  ketika ia baru belajar melukis.
Lana yang sedang galau melihat foto tak menghiraukan Lani yang bermaksud menjahilinya, Tanpa bicara sepatah kata pun Lana hanya menengok kea rah kakaknya dengan muka tanpa ekspresi. Lani yang merasa gagal  menjahili adiknya malah kesal sendiri, lalu ia pergi meninggalkan Lana di kamarnya.
……………

Saat Lana merasa bosan melihat foto-foto kucingnya, ia baru melihat lukisannya yang jatuh karena dicakar kucing kesayangannya. Awalnya ia hanya melihat dengan malas lukisan itu.
“Ahh…itu hanya lukisan rumput yang aku buat hanya dengan kuas dan cat hijau yang terlihat berantakan, haha…” Lana mengomentari lukisannya sendiri dengan nada mengejek.
Lalu ia memungut dan memperhatikan lukisan itu, sejenak ia tak berkomentar. Lalu perlahan senyum terkembang diwajahnya yang semula datar. Lana langsung menggendong kucingnya yang terlihat masih mengantuk keluar halaman, setelah menengok kea rah rumput dihalamannya. Ia masuk kamar dan langsung tidur setelah mematikan lampu dengan perasaan sangat senang.
…………..
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……………..” lana berteriak ketika melihat halaman belakangnya.
“Aduh…kenapa si teriak-teriak begitu? Mamah kesedak nih..” Ssahur mamah Lana protes.
“Ini rumput kenapa gundul begini Mah?”
“haha…rumput kok gundul, ini bari dipangkas tadi sayang…Kenapa?”
Tanpa menanggapi penjelasan mamahnya, Lana langsung masuk kamar dengan muka lesu. Taka da bedanya dengan muka orang yang sudah beberapa hari tak makan. Ia sangat serius memikirkan rumput di halaman belakangnya yang sudah gundul karena dipangkas. Tak mungkin rumput itu akan tumbuh dalam seminggu, hal itu malah membuatnya semakin galau, karena waktu perlombaan semakin mepet.
……………
Lana seperti sudah tak berniat lagi untuk ikut perlombaan yang hanya tinggal sehari lagi. Dia mencoba menghibur diri dengan jogging pagi-pagi sekali sebelum fajar terbit. Tak ketinggalan, kucing anggora kesayangannya ikut berlari-lari kecil disebalah kiri lana dan lengan kanannya yang menjinjing tas kecil berisi kamera Nikon pemberian Ayahnya. Lana sudah melupakan niatnya mengikuti lomba, karena ia memang tak punya foto yang pantas untuk dilombakan, dan ia yakin kalau ia takkan bisa mengalahkan kakaknya Lani.
Angin pagi berhembus dingin, membuat Lana sedikit menggigil tertimpa angin. Lana sesekali menengok ke arah kucingnya, takut kucingnya kedinginan pula karena tertiup angin. Tanpa ia sadari, ia mulai tertarik melihat keindahan rumput-rumput disamping jalan tempat ia menapak, rumput-rumput itu terlihat anggun dengan embun yang bergelayutan diujung-ujung daun panjangnya, indah berkilau tertimpa sinar matahari.
Lana tersenyum, saat itulah ia merasa pertama kali melihat keindahan alam yang sebenarnya hal biasa yang tak pernah ia diperhatikan. Ia tengkurap dijalan kecil itu dan memperhatikan rumput itu dengan teliti, melihat cahaya yang menerpa setiap helaian rumput, dan embun yang bergelayutan hendak jatuh. Bagitu indah fikirnya, ia mengambil kameranya dan mencari sudut terindah dari rumput itu, lalu memeotret rumput dengan tenang dan sangat hati-hati. Lana tersenyum bangga saat ia berhasil mengabadikan moment itu dengan kameranya.  


No comments:

Post a Comment

MATERI NEGOSIASI BAGIAN 2